Saturday, June 30, 2007

Budaya malu dan memalukan.



Malu atau memalukan bahasa yang terasa asing bagi bangsa ini sehingga kalau si Aa dulu dikampung ada peristiwa aib pasti si pelaku tidak berani keluyuran oleh karena sekampung tahu karena aib dan malu bahkan biasanya mereka mengadakan hajatan saja sembunyi-sembunyi sampai si jabang bayi nonghol kedunia, tapi dikampung sekarang sudah lajim dan nampak biasa saja. Itu khan dulu, beda atuh kalau dibandingkan sekarang dimana si bapak bangsa saja yang diketahui menerima uang DKP dari pak Rachmin Damhuri biasa saja dan tidak apa-apa. Namun kalau kita berkaca ke negeri tirai bambu yang memancung siapa saja yang menggerogoti uang negara tidak peduli anak menteri kalau korup yang dighantung dan diput seoluruh media dinegeri ini dan jangan kaget pertumbuhan ekonomi Cina termasuk tercepat didunia. Itu negeri komunis bung, kenapa dengan negeri agamis seperti kita bisa kagak kalau para pejabat dan konglomerat kita yang diketahui korup udah aja digantung kakinya di tugu Monas sampai minta ampun dan terkencing-kencing kapok sehingga BLBI dan semua kredit macet pengusahapun bisa dikembalikan sehingga kita bisa nyicil hutang. Tidak bisa begitu A, mungkin karena pejabat kita teh kalau mau nilep uang negara selalu berjamaah jadi akhirnya dilajimkan tidak apa-apa..dan dipolitisasikan sehingga perlahan juga lupa. dan rakyat kita memang gampang dibohongi dan luar biasa pemaafnya padahal harga minyak, gula dan terakhir si aa dengar harga susu-pun ikut naik.
Biasa aja kalau korupsi dinegeri ini sulit dihapuskan karena sudah jadi karakter bangsa dan menjadi bagian budaya primodial yang khas sehingga butuh adanya revolusi sosial dan budaya kata rekan sejawat. Namun kita berkaca skandal dinegeri ini mungkin ini bagian krisis moral yang berlanjut pada krisis peradaban yang mungkin berbalik akan melahirkan sebuah peradaban baru yang jauh lebih baik dengan menyisakan kebobrokan warisan masa lalu seperti warisan hutang, warisan budaya malu dan memalukan yang sampai sekarang belum tahu siapa yang bertanggungjawab."Gitu aja kok dipikiran", kata Gusdur ringan.

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...