Sunday, February 13, 2011

SOSOK FIRAU'N

Inilah Sosok Firaun Yang Ditenggelamkan Di Laut Merah Itu 


 Share

Menurut studi yang dilakukan oleh Sejarawan Alan Gardiner, setelah kematian Thutmose I dan masa persinggahannya selama 40 tahun di Madyan / Midian, Musa memutuskan untuk kembali ke tanah Mesir tempat beliau dibesarkan. Allah menugaskan Musa untuk menyampaikan ajaran agama yang hakiki kepada Fir'aun. Pada saat itu, Mesir dipimpin oleh Raja Thutmose II yang memperistri Ratu Hatshepsut.

Thutmose II, menurut sejarah bukanlah sosok Fir'aun yang hebat, sebaliknya istrinya Hatshepsut yang banyak berperan penting bagi kemajuan kerajaan. Walaupun bukan merupakan sosok pemimpin yang dikatakan berpengaruh, Gardiner tetap meyakini Thutmose II merupakan kandidat terkuat fir'aun yang melakukan pengejaran terhadap Musa beserta kaum Bani Israel. Hal itu dikarenakan banyaknya kecocokan dengan studi sejarah yang ia lakukan.

Penelitian terhadap Mummi Thutmose II yang ditemukan di situs Deir el-Bahri pada tahun 1881 mengungkapkan bahwa terdapat banyak bekas cidera di tubuhnya, dan Mummi-nya ditemukan tidak dalam kondisi yang bagus. Hal ini mungkin menandakan Thutmose II mati secara tidak wajar. Apakah cidera di tubuhnya itu akibat hempasan kekuatan gelombang Laut Merah yang secara tiba-tiba tertutup kembali? Wallahu 'alam Bishawab (Hanya Allah Yang Maha Tahu: red)

Al-Quran sendiri mengisahkan detik-detik terakhir kehidupan Sang Fir'aun :
Dan Kami memungkinkan Bani Israel melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah ia ;" Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israel, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". ( QS Yunus 90).

Dari ayat diatas kita dapat mengetahui bahwa Fir'aun mencoba memohon kepada Allah agar ia diselamatkan ketika air mengenggelamkan raganya. Namun sangatlah jelas bahwasannya tindakan Fir'aun hanyalah suatu kebohongan semata sebagai alasan untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari maut. (Baca : Bukti Malaikat Menyumpal Mulut Firaun Sesaat Sebelum Ditenggelamkan)

Setelah sang Fir'aun tewas pada periode pemerintahannya yang tergolong singkat, besar kemungkinan jalannya roda pemerintahan diambil alih sementara oleh sang Ratu yang tak lain ialah Hatshepsut sebelum akhirnya Thutmose III naik tahta.

Jika benar Thutmose II merupakan Fir'aun yang dimaksud, ada suatu kemungkinan kronologi sejarahnya menjadi demikian :

Pertama, Musa dibesarkan dilingkungan kerajaan Mesir saat Thutmose I berkuasa, dan istri Thutmose I yang menemukan bayi Musa saat hanyut di Sungai Nil.

Kedua, selang puluhan tahun setelah Musa melarikan diri dari tanah Mesir karena ancaman hukuman mati akibat peristiwa terbunuhnya seorang prajurit kerajaan olehnya, ia kembali untuk menyampaikan ajaran Allah kepada Fir'aun. Namun pada saat itu mungkin Thutmose I telah meninggal dan digantikan putranya Thutmose II.

Mummi Thutmose II
Mengapa Thutmose II Diyakini Sebagai Firaun Yang Tenggelam di Laut Merah Sedangkan Mummi-nya Sendiri Berhasil Ditemukan?

Pertanyaan diatas memang kerap ditanyakan. Mereka yang bertanya kebanyakan beranggapan bahwa Jasad Fir'aun tidak mungkin berhasil ditemukan apalagi dalam bentuk Mummi, sebab telah tenggelam di Laut Merah bersama bala tentaranya.

Maha Besar Allah yang telah DENGAN SENGAJA menyelamatkan jasad sang Fir'aun. perhatikan firman Allah berikut:
Apakah sekarang (kamu baru percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuatan Kami. ( QS Yunus 91-92).

Kepala Raksasa Fir'aun Kembali Ditemukan


 

Para arkeolog di Mesir menemukan kepala raksasa dari granit merah di lokasi yang dikenal kaya dengan peninggalan Mesir kuno di Luxor. Dewan Purbakala Mesir mencetuskan, Minggu (28/2/2010), bahwa kepala tersebut adalah citra dari salah satu firaun Mesir yang paling terkenal yang bertakhta kira-kira 3.400 tahun yang lalu.

Kepala batu dari Amenhotep III itu berukuran setinggi pria dewasa dan digali dari reruntuhan kuil yang juga merupakan kuburan firaun di kota selatan Luxor.

Kepala ekspedisi yang menemukan kepala tersebut mengatakan bahwa temuan ini adalah citra wajah Amenhotep III yang paling utuh sepanjang sejarah.
“Patung lainnya biasanya sudah ada kerusakan, entah ujung hidungnya atau wajahnya sudah terkikis,” kata Dr Hourig Sourouzian, yang telah memimpin tim ekspedisi Mesir-Eropa pada situs itu sejak 1999. “Tapi kali ini, dari ujung mahkotanya sampai dagu, semuanya terukir dan terpoles dengan indahnya, tak ada yang rusak,” ungkapnya.

Kepala itu merupakan bagian dari sebuah patung besar yang ditemukan beberapa tahun lalu. Sebelumnya juga telah ditemukan bagian-bagian tubuh lain dari patung itu, yaitu lempengan pada punggung dan juga janggut adat yang nantinya akan disambung ke bagian kepala tadi.
Amenhotep III adalah kakek dari firaun kecil yang terkenal, yaitu Tutankhamun, yang memerintah pada 1387-1348 SM pada masa kejayaan Kerajaan Baru Mesir dan menguasai kerajaan yang luas menghampar dari Nubia di selatan hingga Syria di utara.

Sourouzian mengatakan bahwa sang firaun itu masyur karena memimpin Mesir pada masa keemasannya di zaman ketika perdamaian dan kemewahan tersebar di seluruh kerajaannya. Para pengrajin masa itu juga mempertajam keahlian artistik mereka sehingga terlihat dari bentuk simetris kepala yang ditemukan itu.
“Andaikata dia (Amenhotep III) benar-benar mirip patung ini, berarti ia pria yang sangat sangat tampan,” ucapnya.

Kuil pekuburan Amenhotep III sangat luas, tetapi sebagian besar telah rusak, mungkin karena banjir. Kini tembok-temboknya pun tak banyak tersisa.
Ekspedisi pimpinan Sourouzian telah menggali berbagai artefak dan patung-patungan dari reruntuhan itu, termasuk juga dua patung Amenhotep yang dibuat dari granit hitam yang ditemukan pada Maret lalu.

Ternyata Wajah Fir'aun Sebenarnya Sangat Ganteng


e
Wajah penguasa Mesir kuno paling terkenal, Raja King Tutankhamun dipamerkan untuk umum pertama kalinya. Mumi ini berusia hampir 3.000 tahun lebih..woww!!

Kalangan arkeolog mengambil mumi itu dari sarcophagus dan menyimpannya di sebuah peti dengan pengaturan suhu di makamnya di Lembah Para Raja Luxor. Peristiwa itu terjadi 85 tahun setelah makam Firaun ditemukan oleh petualang Inggris Howard Carter. Sampai sekarang, hanya 50 orang yang pernah melihat wajah raja bocah yang meninggal lebih dari 3000 tahun lalu. Saat para pakar itu mengangkat Tutankhamun dari peti jenazahnya mereka menyingkirkan kain putih yang menutupi dia, muncullah wajah berwarna hitam dan tubuhnya.
Langkah itu dilakukan sebagai bagian dari cara melindungi jenazah dia. Arkeolog menyatakan jenazah itu terancam karena panas dan kelembaban di dalam makam itu karena sejumlah besar turis yang berkunjung setiap tahun. "Golden boy itu memiliki keajaiban dan misteri, oleh karena itu setiap orang dari seluruh dunia datang ke Mesir untuk melihat apa yang dilakukan untuk melindungi golden boy dan semuanya saya yakin datang untuk menyaksikan golden boy," ujar Kepala Bidang Peninggalan Mesir Zahi Hawass sebelum jenazahnya dipindahkan. Topeng emas Tutankhamun dicopot dengan pisau panas dan kabel Tutankhamun berkuasa di Mesir 1333 sampai 1324 SM dan diyakini naik tahta dalam usia sekitar 9 tahun. Meskipun semasa hidupnya tidak memiliki sejarah yang menentukan, kematian Tutankhamun mendapat perhatian dunia karena makamnya dalam kedaan utuh ketika dibuka oleh Carter tahun 1922. Makamnya berisi harta karun emas dan kayu hitam indah yang dianggap mewah ketika Carter melihat kedalam makam itu. Ditanya apa yang dia saksikan, jawabannya yang terkenal "Ya, sesuatu yang mengagumkan."

Penyebab kematian Karya agung makam itu adalah jenazah firaun yang dibuat mumi, ditutupi jimat dan perhiasan serta mengenakan topeng emas. Dalam upaya mengambil harta karun itu, Carter dan timnya memotong jenazah itu kedalam beberapa bagian, memenggal lengan dan kepalanya dan menggunakan pisau panas dan kabel untuk menyingkirkan topeng emas yang direkat ke wajah Tutankhamun dengan proses pembalseman. Tahun 2005 kalangan ilmuwan merekontruksi Tutankhamun Tubuhnya direkonstruksi dan dikembalikan ke sarcophagus aslinya tahun 1926. Kemudian pernah dibawa keluar untuk pengujian sinar X tiga kali dalam beberapa tahun berikutnya. Harta karun yang diambil memikat dunia dan menarik jutaan orang datang ke Lembah Para Raja. Pertanyaan mengenap mengapa Tutankhamun meninggal sekitar usia 19 tahun dan gosip adanya kutukan yang membuat meninggal mereka yang terlibat penggalian makamnya makin membuat terkenal firaun.
Ketika tubuhnya diperiksa sinar X tahun 1968, terdapat patahan tulang di tengkoraknya yang mendorong spekulasi bahwa dia dibunuh dengan pukulan. Sejumlah sejarawan berpendapat bahwa dia dibunuh karena berupaya mengembalikan politeisme setelah menggantikan Akhenaten yang meninggalkan dewa-dewa emas Mesir untuk monoteisme. Namun pemeriksaan scan jenazahnya tahun 2005 membuat para peneliti menyatakan dia tidak dibunuh dan mungkin meninggal karena komplikasi tulang kaki yang retak. Kepala bidang peninggalan Mesir Zahi Hawass mengatakan penelitian menunjukkan raja bocah ini meninggal setelah luka karena infeksi meskipun tidak semua tim setuju dengan diagnosa itu namun semua menolak dugaan pembunuhan.

Firaun Firaun Dalam Sejarah Mesir Kuno


Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan. (Al-Baqarah : 50).

Fir'aun (Pharaoh) merupakan gelar yang diberikan kepada raja-raja Mesir kuno. Asal usuI istilah Fir'aun sebetulnya merujuk kepada nama istana tempat berdiamnya seorang raja, namun lama – kelamaan digunakan sebagai gelar raja-raja Mesir kuno.

Banyak Fir'aun yang telah memimpin peradaban yang terkenal dengan peninggalan Piramida Khufu-nya itu, mulai dari Raja Menes -sekitar 3000 SM, pendiri kerajaan, pemersatu Mesir hulu dan hilir – hingga Mesir jatuh dibawah kepemimpinan raja-raja dari Persia.

Sejauh ini telah banyak studi yang dilakukan untuk mengidentifikasi siapakah Fir'aun yang sedang berkuasa saat peristiwa keluarnya Musa beserta Bani Israel dari tanah Mesir. Berikut beberapa kandidatnya :

Ahmose I (1550 SM – 1525 SM)
Thutmose I (1506 SM – 1493 SM)
Thutmose II (1494 SM – 1479 SM)
Thutmose III (1479 SM – 1425 SM)
Amenhotep II (1427 SM – 1401 SM)
Amenhotep IV(1352 SM – 1336 SM)
Horemheb (sekitar 1319 SM – 1292 SM)
Ramesses I (sekitar 1292 SM – 1290 SM)
Seti I (sekitar 1290 SM – 1279 SM)
Ramesses II (1279 SM – 1213 SM)
Merneptah (1213 SM – 1203 SM)
Amenmesse (1203 SM – 1199 SM)
Setnakhte (1190 SM – 1186 SM)

Dari daftar beberapa Fir'aun diatas, nama Ramesses II selama ini memang kerap diidentifikasikan sebagai Fir'aun yang sedang berkuasa pada saat itu. Ia merupakan sosok Fir'aun terbesar dan terkuat yang pernah memimpin peradaban Mesir kuno. Ramesses II juga merupakan salah satu Fir'aun yang paling lama berkuasa, yakni 66 tahun lamanya.

Sifatnya yang kadang tirani terhadap masyarakat kelas bawah, membuat sejarawan banyak yang berspekulasi dengan menyebutkan ia sebagai raja yang memperbudak Bani Israel. Walaupun demikian, tidak ada bukti arkeologi yang benar-benar memperkuat dugaan tersebut. Selain itu periode masa hidupnya juga dikatakan tidak cocok dengan kemungkinan terjadinya peristiwa keluaran.

Kemudian menilik ke Raja Merneptah – putra Ramesses II – yang berkuasa setelah Ramesses II mangkat, ia juga bukan merupakan Fir'aun yang dimaksud mengingat pada masa pemerintahannya, Merneptah pernah mengatakan bahwa Bangsa Israel telah tiba di tanah Kana'an. Itu artinya, peristiwa keluarnya Musa beserta Bani Israel telah lama terjadi sebelum ia berkuasa.

Lalu bagaimana dengan Seti I, ayah dari Ramesses II ? Bagaimanapun juga, ahli sejarah Alkitab mengatakan peristiwa keluaran ini terjadi disekitar 1400 SM, itu jauh dari masa pemerintahan Seti I.

Beberapa Sejarawan yang menggunakan metode penelitian dengan cara mencocokkan kronologi di dalam catatan-catatan peninggalan Mesir Kuno dengan perkiraan waktu keluaran pada kitab suci menyimpulkan, kemungkinan peristiwa itu terjadi saat Mesir kuno dibawah pimpinan Raja-raja Dinasti ke-18.

Dinasti ke-18 mencakup beberapa raja, yakni Thutmose I (1506 SM – 1493 SM), Thutmose II (1494 SM – 1479 SM), diselingi oleh kepempinan Fir'aun wanita yaitu Ratu Hatsepsut (1479 SM -1458 SM) kemudian Thutmose III (1479 SM – 1425 SM).

Walaupun Al-Quran dan Alkitab sudah cukup jelas mengisahkan kronologi peristiwa itu terjadi, namun masih terdapat teka-teki mengenai siapa sebenarnya Fir'aun yang memimpin pengejaran terhadap Musa beserta kaum Bani Israel? Al-Quran dan Alkitab tidak menyebutkan secara mendetail siapakah Fir'aun yang dimaksud. Ya disini kita akan dibawa dengan sebuah pertanyaan. Lalu Siapakah Firaun yang di tenggelamkan di laut merah?? (Baca : Firaun ManaYang Ditenggelamkan? => gunakan fitur pencarian di sidebar

Misteri Kematian Fir'aun Tutankhamun Terungkap 



Berkat teknologi, terjawab sudah misteri kematian sosok Firaun Mesir Tutankhamun yang ditemukan pada 1922. Melalui serangkaian tes asam deoksiribonukleat (DNA) dan computed tomography (CT) scan selama dua tahun, raja yang mulai memerintah sejak berusia 10 tahun itu akhirnya diketahui meninggal karena mengalami komplikasi luka di kaki yang diperparah dengan malaria. Hasil penelitian itu diungkapkan di Kairo, Mesir, baru-baru ini.

Tes juga menyatakan Raja Tutankhamun yang meninggal pada usia 19 tahun memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah karena penyakit bawaan. Hal ini diperjelas dengan penemuan fakta lain bahwa Raja Tutankhamun adalah anak dari perkawinan sedarah yang lazim pada Mesir kuno. Diketahui, ibu kandung Tutankhamun adalah salah satu adik perempuan ayahnya, Firaun Akhenaten.

Untuk waktu yang lama ada kecurigaan bahwa dia dibunuh karena ada bukti sebuah lubang di belakang kepalanya. Tetapi banyak juga yang mempercayai bahwa selama proses mumifikasi ilmuwan berpikir tentang kemungkinan yang menunjuk bahwa dia meninggal karena komplikasi kaki yang patah yang diperburuk dengan malaria.

Raja Tutankhamun dipercaya sebagai anak dari pharaoh Akhenaten yang mencoba mereformasi agama bangsa Mesir selama masa kepemimpinannya. Fakta bahwa ibu dan ayahnya merupakan saudara, terlihat aneh hari ini tetapi inses adalah umum di kalangan keluarga raja karena pharaoh dipercaya sebagai keturunan Tuhan.

Cara tersebut yang dinilai sebagai jalan untuk mengembalikan darah keturunan suci. Raja Tutankhamun memiliki istri Ankhesenpaaten yang separuh saudara karena berbagi ayah yang sama. Mereka menikah ketika berumur sepuluh tahun.

Tim Dr Hawass menemukan akibat generasi yang tidak jauh dalam keluarganya yang menurunkan penyakit tingkat pertama kepada anaknya.

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa Raja Tutankhamun membutuhkan bantuan alat untuk berjalan, dijelaskan dengan 100 alat bantu yang ada di dalam makamnya yang disebut akan membantunya dalam kehidupan setelah kematian.

Patah kaki yang tampaknya karena jatuh terjadi ketika terserang malaria. Tutankhamun menjadi pharaoh ketika berumur sepuluh tahun pada 1333 sebelum masehi, memerintah hanya sembilan tahun hingga kematiannya. Dia adalah generasi terakhir dari dinasti ke-delapan dari kerajaan itu.
 

Terungkap Mengapa Kaki Fir'aun Panjang Sebelah


Raja Tutankhamun diperkirakan mengenakan semacam sepatu ortopedik spesial yang didesain untuk mengatasi kondisi kaki pincangnya, sebuah investigasi terhadap alat penutup kaki Firaun mengungkapkan hal itu.

Dipublikasikan dalam buku, ‘Tutankhamun Footwear : Studies of Ancient Egyptian Footwear’ riset tersebut merupakan yang pertama menganalisis secara detil tentang penutup kaki berusia 3300 tahun sejak mumi dan makam beserta harta karun Raja Tutankhamun ditemukan oleh Howard Carter pada tahun 1922.

Meskipun mumi tersebut telah disinar-X beberapa kali, namun baru kali ini selama proses investigasi besar terhadap keluarga Raja Tutankhamun peneliti menemukan sebuah bentuk yang tidak sempurna dari kaki Firaun tersebut.
Secara terpisah, ada sebuah kelainan tulang kaki yang dikenal sebagai penyakit Kohler II, Raja Tutankhamun kemungkinan mengalami bentuk kaki yang tidak sesuai yang menyebabkan dirinya timpang ketika berjalan sehingga harus menggunakan sebuah tongkat.

Termasuk, jari kaki kedua Raja Tutankhamun sebelah kanan kekurangan tulang sisi tengah, membuatnya lebih pendek sementara kaki kirinya pincang, secara internal berputar di pergelangannya.
Oleh karena kondisi kakinya Tutankhamun memerlukan sepatu yang cocok dan khusus dengan tali mengikat ketat dalam rangka menghindari kakinya terseret di lantai.

Dari tiga pasang sepatu yang ditemukan di makam Raja Tutankhamun memiliki ikatan horizontal di bawah jari-jari kakinya. Satu pasang juga dilengkapi panel di sisi sepatu.

“Fitur semacam itu tidak dikenal di alas kaki, sandal atau sepatu yang ada,” ujar penulis buku Andre Veldmeijer, seorang arkeolog Belanda yang ahli barang kulit, alas kaki dan tali temali Mesir kuno.

Lebih dari 80 potong alas kaki berbeda ukuran telah terkubur bersama dengan raja bocah tersebut. Beberapa diantaranya membusuk dengan hanya fragmen atau tali yang tersisa. Meskipun lainnya masih selamat dengan kondisi yang baik.

Veldmeijer mempelajari 81 spesimen termasuk sandal jahit sederhana sama halnya dengan yang terdekorasi dengan rumit, berornamen emas dan sepatu terbuka berwarna cerah.

“Itu sepatu yang berwarna, mengkilat. Beberapa sangat unik dengan bentuk kombinasi dengan bahan spesial dan teknik pembuatan terbaru,” ujar Veldmeijer.

Veldmeijer percaya bahwa sepatu yang paling terelaborasi sekalipun, lengkap dengan pelengkap bertahtakan emas dan batu pernah digunakan.
 
Sumber : http://situslakalaka.blogspot.com
 
 

1 comment:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...