Sunday, May 30, 2010

Etnis Suku di China: Etnis SHES

Sebanyak 709.592 Suku She tinggal tersebar di Zhejiang, Jiangxi dan Guangdong, Fujian.  Shes adalah minoritas terbesar di Provinsi Fujian dan Zhejiang, mereka tinggal di desa-desa atau hidup bersama dengan Suku Han. Mereka menyebut diri mereka ‘Shanha’ di mana Shan berarti gunung dan Ha berarti pelanggan, ‘pelanggan dari gunung’.

Sebagian besar tinggal di daerah tinggi berbukit dengan sungai yang mengalir membentuk lembah-lembah. Iklim tempat tinggal Shes termasuk lembab dan tidak begitu dingin. Mereka bercocok tanam, antara lain menanam padi, ubi jalar, gandum, kacang-kacangan, tembakau dan kentang

Kayu dan bambu adalah komoditas komersial yang penting bagi Shes, juga dikenal dengan menghasilkan teh, kacang, rami, jamur, kamper dan obat-obatan herbal. Sumber daya mineral termasuk batubara, besi, emas, tembaga, tawas, grafit, belerang, mika .

Bahasa Suku Shes hampir mirip dengan dialek Hakka salah satu dari 7 dialek di China, dari kelompok Miao – Yao dari Filum Sino – Tibet. Kebanyakan Suku Shes berbicara dalam bahasa national Cina bukan bahasa etnis mereka. Suku Shes di Guangdong berbicara  mirip dengan dialek Suku Miao. Karena tidak memiliki bahasa tertulis sendiri, mereka memilih untuk menulis dalam aksara China.

Shes menyukai lagu2 dan mereka senang beryanyi.Mereka bernyanyi di ladang maupun acara-acara festival khusus, dan setiap tahun Shes berpartisipasi di beberapa festival menyanyi. Mereka kebanyakan lebih menyukai bernyanyi duet.

Kaum wanita mengenakan pakaian yang dibordir dengan hiasan bunga, burung. Mereka juga memakai selempang berwarna cerah dan topi bambu, dihiasi dengan mutiara dan dihiasi sutra merah putih atau renda. Renda juga digunakan untuk menghiasai tepi pakaian.
Di beberapa daerah, wanita mengenakan celana pendek sepanjang tahun. Mereka mengenakan selendang berwarna-warni di pinggang dan jaket dengan renda. Mereka menyanggul rambut mereka di atas kepala dan diikat dengan benang wol merah. Pada hari pernikahannya, seorang pengantin Shes akan memakai pakaian yang dibordir burung phoenix dan diatas sanggul dihiasi dengan jepit rambut perak.

Setiap keluarga suku She diatur dan terikat berdasarakan aturan dari “kuil-kuil leluhur” , hal ini berlaku untuk semua suku yang mempunyai nama keluarga yang sama. Tiap Kuil tersebut memiliki kepala kuil yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan sengketa internal, mengelola urusan-urusan umum dan memimpin upacara-upacara pengorbanan. Dalam setiap kuil adalah “rumah” di mana kelompok-kelompok yang mempunyai hubungan darah hidup bersama.

Suku She menganut asas patrikaal. Namun, wanita suku She menikmati status yang lebih tinggi daripada wanita suku Han, dan pada kenyataannya, kaum pria seringkali tinggal bersama keluarga istri mereka mengadopsi nama keluarga mereka.

Saat ini, perkawinan dalam Suku She menyerupai Suku Han. Sebelumnya, perkawinan diatur oleh orang tua. Mahar yang diberikan termasuk sederhana, antara lain alat2 pertanian, topi yang terbuat dari bambu. Upacara perkawinan juga sederhana. Pengantin pria mengunjungi rumah keluarga pengantin wanita untuk berpesta.
Sampai di sana, pengantin pria duduk di meja kosong, dia akan bernyanyi, memainkan sumpit, minum anggur dan makan makanan yang disajikan diatas meja. Pada akhir pesta, dia akan bernyanyi lagi, kali ini memesan piring kosong yang artinya pejamuan telah usai. Juru masak juga akan menyanyikan lagu2 meramaikan pernikahan.

Pengantin baru akan berdoa untuk nenek moyang mereka dan mengucapkan selamat tinggal kepada kerabat pengantin wanita. Dengan pengantin pria di depan, mereka akan berjalan kaki ke rumah keluarganya, masing-masing memegang payung dan bernyanyi. Orangtua pengantin pria akan menyambut mereka di pintu depan, menyelesaikan upacara pernikahan.

Budaya
Pada abad yang silam, Suku She akan dikremasi jika meninggal dunia, sejak tahun 1940, Suku She mulai mengenal makam, dan sejak itu kebanyakan dimakamkan di pemakaman umum.

Seperti Suku Han, Shes merayakan Festival Musim Semi, Festival Lampion, Pure Brightness Festival ( mengenang arwah2 yang telah meninggal ), Dragon Boat-Racing Festival, Moon Festival dan Double-Ninth Festival. Selain itu, pada hari ketiga bulan ketiga penanggalan lunar, adalah hari libur semua Suku She tidak akan melakukan pekerjaan apapun. Pemujaan leluhur adalah pusat festival yang dirayakan pada hari kedelapan dari bulan ke bulan keempat. Orang-orang memiliki hari libur pada tanggal 19 bulan kedua penanggalan lunar untuk menandai pencapaian Buddha Nirvana.

Secara tradisional, setiap marga dilambangkan dengan sebuah tongkat berkepala naga, suatu tanda Shes yang menyembah Totem. Salah satu legenda mengenai suku She adalah cerita legenda Panhu, yang membantu Kaisar memenangkan pertempuran dengan pemberontak dan memenangkan cinta dari putri. Legenda mengatakan bahwa sang putri Panhu dan mempunyai tiga orang putra dan seorang putri, yang menjadi nenek moyang Suku Shes. Kebiasaan suku She adalah menyembah lukisan legendaris nenek moyang mereka dan membuat kurban persembahan kepada mereka setiap tiga tahun.

Sampai berdirinya People Republic of China, pendidikan telah meluas, dan banyak suku Shes yang tadinya percaya pada roh, mulai berubah, mereka mulai menganut agama. Hanya sedikit yang masih percaya akan roh dan takhayul.
Sejarah
Banyak pendapat yang berbeda mengenai asal-usul sejati Shes. Apakah mereka keturunan Yue’s kuno? Apakah mereka berbagi nenek moyang dengan Yaos? Sebagian besar percaya bahwa nenek moyang suku She awalnya tinggal di Phoenix Mountains di Chaozhou, Provinsi Guangdong. Mereka meninggalkan tempat asal mereka untuk melarikan diri dari penindasan penguasa feodal. Itulah sebabnya mereka menyebut diri mereka “tamu dari pegunungan.”

Di rumah baru mereka, suku Shes diperintah oleh pemerintah pusat untuk pertama kalinya pada abad ke-7, ketika pemerintahan dijalankan di prefektur di Zhangzhou dan Tingzhou di Provinsi Fujian, yang pada saat itu dibawah pemerintahan Dinasti Song (960-1279)

Pada abad ke-14, banyak suku She telah bermigrasi ke daerah pegunungan di bagian timur Fujian, Zhejiang dan timur laut selatan Jiangxi. Walaupun mereka bekerja keras bersama suku Han, masih banyak yang miskin oleh penindasan feodal yang merebut tanah yang besar. Yang lainnya harus bekerja sebagai buruh sewa, atau melarikan diri untuk mencari nafkah. Situasi membaik di bawah Dinasti Ming (1368-1644). Beberapa keluarga yang kaya diperintahkan bekerja untuk kepentingan pengadilan Ming.
Sepanjang sejarah, Shes berjuang melawan eksploitasi dan penindasan yang dipaksakan oleh para penguasa mereka. Selama Revolusi Pertama Perang Saudara (1924-27), petani She di kawasan timur Guangdong terorganisir untuk melawan tuan tanah, dan pemberontakan serupa bermunculan di propinsi Fujian dan Zhejiang. Kegiatan revolusioner meledak di timur Fujian selama Revolusi Agraria (1927-37), dan sebagian besar daerah Shes berada di bawah kuasa petani pekerja-kekuatan demokratis. Suku She membuat kontribusi besar untuk perjuanganAnti-Jepang (1937-45) dan dalam perjuangan melawan Kuomintang.


Referensi :
Photo by Chen Hai Wen
Travelguidechina.com
china.org.shaosuminchu
sumber2 lain etnis minoritas di China

Sumber : Sofie Mou, http://baltyra.com/

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...