Tuesday, June 12, 2007

Buku Murah Gimana bisa, Gak?

Si Aa sangat tertarik usulan dari IKAPI dalam pesta buku Jakarta 2007 tanggal 2 juni 2007 (kutipan Warta Kota, 4/6/2007) kemarin tentang regulasi bagi pajak kertas dan pencetakan buku dibebaskan biar harga buku bisa murah, termasuk pajak bagi penulis buku agar memacu produktifitas menulis buku-buku berkualitas menurut si Aa-mah perlu dipikirkan, kalau perlu kembangkan program buku murah bagi rakyat seperti people’s book di India untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap buku. “Jadi setiap buku dibuat dalam dua versi, versi bagus hardcover yang pasti harganya mahal bagi yang mampu membeli dan versi hemat dari kertas murah dan mendapatkan subsidi dari pemerintah

Memang berhubungan dengan buku di Indonesia memang serba sulit kalau urang lembur mah boro-boro untuk beli buku untuk makan sehari-hari saja susah. Begitu juga Keluhan bapak-ibu guru bagaimana bisa pintar untuk beli buku saja tidak sanggup, padahal guru katanya harus mengikuti kekinian yang selalu di update terus ilmunya yang nantinya siswa-pun bias mencocokan dengan perubahan teknologi masa kini. Untuk yang satu ini, kita para pengajar tertinggal jauh dengan Negara lain seperti Malaysia atau singapura. Apalagi sampai teknologi internet ataupun pemilikan laptop mah, kalah sama Tukul Arwana yang mengaku Ndeso tapi tag-nya sangat berpengaruh : “kembali ke laptop!” dan guru-guru teh sangat iri saat mendengar para abdi rakyat minta anggaran untuk beli laptop sampai 21 juta rupiah per-angota dewan.(keur naon gede-gede teuing!!) Mereketehe kalau punya keinginan teh sok membuat hati para pahlawan tanpa jasa pada ngaleungis (terharu) dan keuheul sok nyolok mata bunceulik* dan nyosok jero serta pikasebeleun**.

Jadi wajar kualitas pendidikan kita tidak pernah beranjak dan semakin rumit dan banyak teman si Aa yang akhirnya pasrah dengan kekurangan saat ini sehingga mengajar sesuai dengan ilmu yang dimilikinya terkadang siswa jauh lebih tahu, artinya siswa lebih pintar dari gurunya dan hal ini tentu saja sebuah ironi? Bagi si Aa sendiri gimana mengsiasatinya, sederhana pisan ngumpulkeun per-dua bulan untuk membeli buku atau banyak baca informasi di yayasan yang kebetulan berlangganan Koran dan sedikit terbantu setelah pihak yayasan memikirkan dibuatnya jaringan internet antar lembaga sedikitnya sangat terbantu sekali, apalagi untuk bahan materi perkuliahan malam termasuk untuk tugas kuliah mahasiswa.

Jadi biar dapat menyerap informasi murah banyak cara atuh, sok usuklan bagi para pemilik sekolah bagi peningkatan sumber informasi guru banyak cara atuh yang bisa dilakukan tapi jelas belum tentu diterima para kepala sekolah atau pemilik yayasan dengan berbagai pertimbangan komersial seperti :

Satu, sediakan berbagai jenis surat kabar diruang guru sehingga informasi kekinian bisa diserap sebagai bahan materi pengayaan saat mengajar. Kedua, sediakan lemari kaca referensi buku pengajaran sejenis handbook atau ensiklopedia pendidikan sehingga seandainya guru butuh materi pengembangan sedikitnya tersedia, ketiga buat program arisan buku bagi guru yang bisa menjembatani hubungan guru dengan sumber ilmu pengetahuan. Keempat, rada mahal tapi jauh lebih produktif dengan menyediakan jaringan internet yang bisa dimanfaatkn bapak ibu guru untuk mengkses IPTEK secara uptodate, baik yang berhubungan dengan kekinian maupun perkembangan pendidikan. Sok pasti para guru tambah pintar atuh Kelima, tambah berat dan sulit diwujudkan pada saat negara sedang krisis seperti ini dengan tingkatkan honorernya kalau bisa perlakukan guru swasta non-PNS seperti para karyawan PT dengan dikenakan UMR walau bagi rekan-rekan guru honorer-mah sebuah hayalan kelas tinggi karena pemerintah tidak akan berani memperlakukan guru seistimewa itu apalagi sampai meng-PNS-kan semua guru honorer yang ternyata jumlahnya jauh lebih besar. Bisa-bisa Negara bangkrut atuh untuk membayar guru sebanyak itu. Kalau kesejahteraan guru meningkat yakin dah mereka mampu menganggarkan untuk membeli buku setiap bulannya. Keenam, sekali-kali berikan reward bagi guru yang rajin dengan hadiah buku paket setiap tahun sekali.

Begitulah kiranya usulan urang lembur, bolehlah kita miskin harta tapi jangan sampai kita misikin spirit dan kreatifitas. Karena harta kita yang masih ada hanya spirit inilah yang sampai saat ini bisa tetap eksis di dunia pendidikan selain rasa syukur dan keinginan mau berubah dari tahun ketahun yang penting kita berusaha dengan kemndirian. Punteun sampaikan keluhan ini pada inohong dan para pemerhati pendidikan dan bagi yang merasa urang lembur di rantau sejabodetabek dan rekan sejawat si Aa di dunia pendidikan berikan komentarnya , moal digegel gara-gara berkomentar dan jangat takut sampai didengar oleh inohong rakyat.

*Istilah ingin enak sendiri sementara orang lain hidup susah.

**Berlebihan dan memuakkan rakyat.

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...