Thursday, February 14, 2008

Askar Watoniyah mengancam Stabilitas di Perbatasan

Lagi-lagi negeri termodern di ASEAN berbuat ulah lagi dengan berita perekrutan para militer Askar Wathoniyah yang justru dengan merekrut orang Indonesia dengan iming-iming gaji sekitar 2-3 juta rupiah per-bulan dan sangat mengiurkan dan menurut Menhan Juwono Sudarsono bahwa "Perekrutan WNI ke askar watoniyah ini sesuai dengan hukum ekonomi, artinya bukan masalah patriotisme tapi kebutuhan ekonomi", sebagaimana yng dikutip Media Indonesia Online

Persepsi kita berbeda tentang daerah diperbatasan, bagi Malaysia daerah perbatasan sebagai daerah strategis untuk memperluar wilayah mininya selain mencoba menduduki pula-pulau kosong milik Indonesia yang sulit terjangkau atau sebagaimana yang dilakukan negeri yahudi Asia dengan mengeruk pasir didaerah Riau daratan untuk memperluas daratan negeri Singa itu dan secara perlahan banyak pulau kita tenggelam dan hilang dalam peta kita sedang bagi kita dianggap daerah terpencil dan tidak begitu penting karena merasa memilki wilayah yang luas.

tentu saja sebuah keberanian yang luar biasa untuk terus merongrong negeri "harimau ompong Indonesia" dengan perbatasan yang dijaga kurang lebih 700 personil coba banding dengan Askar watoniyah, salah satu tugas mereka dengan menggeser patok perbatasan yang kurang terkontrol oleh militer Indonesia dan apabila ada konflik sebebarnya militer kita berhadapan dengan rakyat kita sendiri, sebuah strategi luar biasa dan sangat beralasan keberanian negeri Jiran ini setelah sukses besar tanpa conter dari pemerintah kita dengan lepasnya beberapa pulau, claim seni budaya terus lagi penyiksaan dan pemukulan terhadap para pekerja kita dan masih banyak perlakuan kolonialis yang terlihat bukan karakter bangsa Melayu yang mengaku sangat modern dan katanya Agamis, yang kita lihat justru karakter kolonialis seperti ayah kandungnya inggeris yang telah memberikan hadiah kemerdekaan tanpa tetesan darah sedikitpun.

Malaysia satu sisi sedang eforia kemaksmuran negerinya dan sisi lain sedang mengalami krisis peradaban dan semakin fobianya dengan masuknya orang Indonesia yang semakin mendominasi kultur-ekonomis masyarakatnya. Ketergantungan yang luar biasa terhadap tenaga kerja kita dan semakin sulitnya mencari tenaga kasar yang berasal dari orang Malaysia sehingga berbagai cara dilakukan walaupun dalam praktek sehari-hari seolah orang Indonesia saja yang sangat tergantung secara ekonomis. Dominasi orang Indon inilah menyebabkan terjadinya shock culture dan rasa curiga yang berlebihan, jangan-jangan suatu waktu orang Indon ini menjadi warga mayoritas yang bisa mengendalikan seeprti dominasi Chines di Singapure mengalahkan orang asli Melayu.

Boleh saja generasi pertama mereka buruh kasar dan tenaga babu, tapi anak-anak mereka bisa menikmati kemudahan pendidikan dan semangat kerja yang luar biasa yang ditunjukan para perantau walaupun dengan berbagai perlakuan tidak manusiawi dan dimana orang Indonesia tidak pernah pilih-pilih pekerjaan dan tidak pernah semalas dinegerinya sendiri. sehingga suatu waktu berbagai bidang kehidupan akan didominasi oleh orang Indon ini, jelas sebuah ancaman yang dahsyat seperti ketakutan negeri Eropa seperti Perancis dan Ingeris terhadap pendatang haram dari negeri muslim Afrika yang terus menggeser posisi orang Eropa dalam berbagai infrastruktur.

Menurut Sudarsono, "kita juga harus menjaganya dan mampu memberikan nilai ekonomi yang bisa menghasil crude palm oil" selain melayang protes diplomatik kemudian selain meninjau kembali status kewarganegaraan orang Indonesia yang ikut laskar ini dan langkah tegas peemrintah dalam pengamanan perbatasan, tidak ada kata terlambat sebelum konflik terjadi.

Claim kita tetap mengganti nama Malaysia yang terhormat ini dengan sebuatan "negara Malingsia" yang mengaku serumpun katanya.

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...