Friday, May 1, 2009

30 Tahun Penderitaan Penduduk Afghan

Selama hampir 30 tahun penduduk menyaksikan berbagai kekerasan akibat perang. Jiwa mereka tergoncang

Di sebuah rumah sakit bercat putih di pinggir Kabul, sekelompok dokter sedang sibuk menyelesaikan masalah paling besar yang sedang melanda rakyat Afghanistan, berupa penyakit mental.

Sebuah permadani masih terlihat tergantung di bagian pintu masuk guna menahasa serangan udara dingin yang amat menggigit tulang. Di tempat itu, terlihat sejumlah pasien ditemani keluarganya yang datang menjenguk.

Menurut data kajian Kementerian Kesehatan Afghanistan, ada kira-kira 66 persen rakyat di Negara itu yang mengalami masalah kesehatan mental.

Malangnya, rumah sakit amat sederhana pinggir kota Kabul ini adalah satu-satunya kemudahan di Afghanistan yang dikhususkan guna menangani masalah penyakit mental dan hanya memiliki 40 kamar rawat inap.

Pakar kejiwaan rumah sakit itu, , Dr Musadiq Nadimee menunjukkan wajah bimbang saat memandang sekeliling lokasi.

“Rumah sakit ini hanya merawat kasus rumit yang dirujuk pada kami dari seluruh negara,” katanya sambil mengangkat bahu.

Seorang bapak yang berada di tempat itu mengaku, anak remajanya, Hamida mengalami skizofrenia.

“Keadaannya semakin baik sejak dirawat di sini,” katanya.

Bagaimanapun kebanyakan pakar setuju bahwa masalah dan penyakit mental yang dihadapi penduduk Afghanistan sebenarnya jauh lebih berat berbanding apa yang mereka pernah temui di hampir semua negara lain.

Penduduk negara itu mempunyai terlalu sedikit rasa percaya antara satu sama lain. Kadangkala perbuatan kejam yang dilakukan oleh satu pihak hanya dianggap cara hidup biasa di negara itu.

Seorang wartawan setempat, Hanif Sherzal mengatakan, Afghanistan adalah sebuah negara yang dipenuhi trauma. Dalam waktu 30 tahun, ratusan ribu rakyat negara itu terbunuh dan kebanyakan penduduknya menyaksikan berbagai bentuk kekerasan pada satu peringkat kehidupan mereka.

“Rakyat Afghanistan terus mengalami trauma dengan pengalaman silam dan kekerasan yang terus berlangsung. Kebanyakan mereka tidak merasa selamat dan beranggapan tidak ada siapapun peduli keselamatan mereka,” katanya.

Bahkan menurut Hanif, mereka yang mempunyai kesehatan fisik yang baik dan tinggal di tempat selamat terus menerus mendengar berita buruk hampir setiap hari dan ini juga memperparah kehidupan mereka.

Pegawai kesehatan berkata kebanyakan masalah mental yang berlaku dikaitkan dengan pengalaman yang dilalui penduduk Afghanistan.

Mereka turut mengakui bahwa negara itu tidak mempunyai kemudahan yang cukup atau dokter untuk menangani kasus-kasus paling serius.

Masalah kesehatan lain seperti kematian ibu dan bayi mendapat lebih perhatian.

Bagaimanapun penasihat Menteri Kesehatan, Dr Abdullah Fahim berkata jika masalah kesehatan mental tidak ditangani segera, ia akan memberi kesan buruk kepada kehidupan sosial penduduk Afghanistan.

“Penduduk saling tidak mempercayai manakala perbuatan kejam dilihat sebagai perkara biasa. Jika ini terus terjadi, masa depan penduduk dan negara ini akan gelap,” katanya.

Akibat kurang memahami, banyak penduduk Afghanistan yang menderita penyakit mental, dianggap terkena sihir.

Diantara mereka dirantai di dalam bilik serta gua atas alasan anggota keluarga percaya jin atau roh jahat meninggalkan tubuh.

Namun bagi yang lain, keluarga tidak mempunyai pilihan kecuali membiarkan mereka begitu saja selepas tidak lagi dapat menangani atau membeli ubat untuk merawat penyakit yang dialami.

Namun ada sejumlah kecil penderita mental kini dijaga badan amal setempat, diantaranya termasuk yang dikendalikan Organisasi Bulan Sabit Merah (RCS).

Direktur Bulan Sabit Merah, Mohammed Zahaid menceritakan kisah seorang wanita yang enggan makan dan minum selama beberapa hari. Wanita it uterus menangis dan menyebut nama bekas Presiden Afghanistan Najibullah.

Jika seorang pekerja membawa gambar bekas presiden itu, wanita tersebut ceria kembali dan mulai makan dan minum.

Bagaimanapun wanita itu mungkin salah satu daripada sejumlah kecil kasus penderita yang bernasib baik.

Di negara yang dilanda terlalu banyak masalah seperti Afghanistan isu kesehatan mental semakin dilupakan. Belum lagi penderitaan mereka sejak datangnya pasukan internasional, NATO yang terus menjejali kawasan itu, juga serangan Amerika yang hingga kini tak mudah dilupakan dengan begitu saja. [bbcn/cha/www.hidayatullah.com]




No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...