Friday, May 1, 2009

Abu Dhabi: Dari Padang Pasir menuju Kota Wisata

Dari kawasan gurun nan panas, kini, Abu Dhabi menetapkan diri sebagai kota wisatawan manca Negara

Dulu orang menyebut Abu Dhabi sering keliru dengan Addis Ababa, ibu negara Ethiopia atau Habsyah. Banyak orang sering keliru menentukan posisi dan letaknya, biarpun mengetahui ia berada di Timur Tengah atau Asia Barat.

Sejajar kedudukannya sebagai ibu kota UAE Abu Dhabi sudah lama berusaha untuk keluar dari banyang-bayang negara tetangganya seperti Arab Saudi dan Oman.

Dangan datangnya banyak warga asing turut menciptakan kehidupan di negara bebas cukai dengan sinar matahari sepanjang tahun itu menjadi kota yang amat berpengaruh. Sudah pasti, dengan pembangunan pesat, tidak mustahil Abu Dhabi bakal muncul diantara lokasi terkenal di dunia.

Jika dilihat dari sejarah, selama 35 tahun lalu, Abu Dhabi pada awalnya hanyalah sebuah padang pasir. Kini, landskap ekonomi dan visualnya sudah berubah pesat, selaras kemajuan yang dinikmatinya.

Panorama indah Abu Dhabi sangat terasa di waktu malam. Tak sekedar bangunan tinggi pencakar langitnya. Jika diamati, deretan bangunan bank dan kubah emas mengingatkan kita asal usul Abu Dhabi yang tak lebih hanyalah kawasan padang pasir.

Anti Karbon

Sebelum ini, Abu Dhabi telah menginvestasikan 15 miliar dolar AS untuk mengembangkan energi ramah lingkungan. Negara pengekspor minyak itu membangun reaktor tenaga hidrogen terbesar di dunia.

Investasi pembangunan ''energi hijau'' itu bertujuan mengembangkan sumber energi yang bersih dan berkelanjutan. Ini pernah disampaikan Pangeran Syeikh Mohammed bin Zayed al-Mahayan saat berbicara dalam forum World Future Energy Summit di emirat tahun 2008 lalu.

''Saya ingin menggarisbawahi komitmen Pemerintah Abu Dhabi pada Insiatif Masdar, yakni dengan mengumumkan investasi awal sebesar 15 miliar dolar,'' kata dia. ''Proyek itu akan dimulai bulan depan di Kota Masdar, kota tanpa karbon yang pertama di dunia,'' tambahnya.

Proyek itu meliputi rencana pembangunan kota tanpa sampah dan tanpa karbon. Kota itu bakal dihuni 15.000 warga di padang pasir dalam kurun waktu tiga bulan pertama tahun ini. ''Target zero carbon itu bisa tercapai,'' kata dia.

Abu Dhabi, ibu kota federasi tujuh anggota Uni Emirat Arab, juga akan membangun reaktor hidrogen terbesar di dunia dengan kapasitas 500 megawatt.

Selain pembangunan unit-unit spektakuler itu, Masdar juga akan membangun jaringan penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS). Dengan fasilitas itu, gas-gas rumah kaca akan dapat dipompa ke dalam sumur-sumur minyak, sehingga emisi gas dapat dikurangi.

Fasilitas CCS dengan demikian akan membebaskan teknologi pengeboran minyak dari penggunaan gas alam. Selama ini, gas alam disuntikkan kembali ke sumur minyak untuk mendorong minyak keluar dari sumur. Di pihak lain, gas itu akan dapat dipakai untuk kebutuhan pembangkit listrik yang terus meningkat.

“Kota Masdar akan menjadi poros dunia untuk enerji masa depan," ujar Sultan al-Jaber, Kepala Wksekutif Kota Masdar. “Dengan menerima perkembangan berwawasan lingkungan dan kehidupan sampai derajat baru, akan menuntun dunia dalam mengerti bagaimana semua masa depan kota sebaiknya dibangun," ujarnya.

Sebagaimana diketahui, Abu Dhabi termasuk salah satu dari tujuh emirat yang bergabung dalam Persatuan Emirat Arab (United Arab Emirates/UAE). Emirat Arab beribu kota di Abu Dhabi, sebagai emirat yang paling besar dalam arti luasan wilayah, dan juga terkaya karena cadangan minyak yang kabarnya baru akan habis sekitar tahun 2100 nanti.

Belum lama berselang, Abu Dhabi juga membangun sebuah masjid baru yang memikat turis manca negara.

Masjid baru bernama Masjid Syeikh Zayed, diklaim termasuk salah satu tempat ibadah Muslim yang terbesar di dunia.

Tempat ibadah ini bukan hanya memikat turis Muslim, tapi juga non-muslim yang tertarik dengan seni arsitek. Masjid ini terbesar ketiga di dunia setelah Haramain yaitu dua tempat paling suci bagi umat Islam di Arab Saudi - Masjid Agung Mekah dan Masjid nabi Muhammad SAW di Madinah.

Ratusan orang datang ke Masjid Syeikh Zayed setiap pekan sejak dibuka pertama kali pada hari pertama Iedul Adha. Proyek ini dibangun sejak 1998 yang diluncurkan oleh Syeikh Zayed bin Sultan al-Nahayan. Syeikh Zayed bukan hanya presiden pertama Uni Emirat Arab, tapi juga penguasa Abu Dhabi yang kaya minyak. Masjid ini baru selesai sepenuhnya pada tahun 2009.

“Masjid ini didedikasikan untuk bapak bangsa, yang visinya berupa dialog antaragama, peradaban dan kebudayaan,” demikian pernyataan dalam brosur yang diserahkan pada setiap pengunjung dan dikeluarkan Badan Pariwisata Abu Dhabi tentang mendiang presiden yang dimakamkan di halaman dekat masjid.

Dalam upaya menciptakan sejarah dan kebudayaan, buku panduan masjid berisi penjelasan bahwa masjid ini mampu memikat orang non-muslim dari negara Barat.

Selain ribuan Muslim yang datang untuk salat, masjid ini dikunjungi turis non-muslim seperti dari Jerman, Perancis, Inggris, Italia, Rusia, Amerika, Argentina, dan India.

“Sesuai keinginan Syeikh Zayed, masjid ini dibangun di atas bukit yang tingginya 9,5 meter dan bisa terlihat dari jauh. Kompleks masjid mencakup area sekitar 22.000 meter per segi dan dapat menampung lebih dari 40.000 jemaah,” ujar insinyur Mohammad Ali al-Ameri.

“Dibangun 100 persen dengan marmer Italia, masjid itu memiliki empat menara setinggi 107 meter, 82 kubah dari tujuh ukuran berbeda, 96 tiang di dalam dan 1.048 di luar,” tambah Ameri. Selain itu, ribuan batu mulia dipilih untuk dekorasi masjid. Alas masjid adalah karpet Persia buatan tangan seluas 6.000 meter per segi dan merupakan terbesar di dunia.

“Lebih dari 1.200 wanita dari wilayah Khorasan di timur Iran menghabiskan dua tahun untuk me-nganyam karpet, yang beratnya 45 ton dan berbiaya lebih dari 8,5 juta dolar,” papar Ameri.

Sebuah lampu kristal Jerman juga menghiasi atap ruang utama untuk shalat. Masjid ini mampu menampung lebih dari 9.000 jamaah.

Dua kamar besar di sebelah balai utama juga dibuat khusus untuk wanita yang dilengkapi layar televisi raksasa sehingga wanita dapat melaksanakan salat secara terpisah. Kubah utama masjid juga dianggap terbesar di dunia karena tingginya mencapai 75 meter dan berdiameter 32,2 meter. Abu Dhabi, kini, adalah salah satu surga para pelancong.

Sumber: www.hidayatullah.com]




No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...