Friday, May 1, 2009

Ada Judi di Arena Playstation

Bertahun-tahun polisi memberantas perjudian, kini mereka melirik tempat penyewaan permainan Playstation (PS)

Lagu Living La Vida Loca yang dinyanyikan Ricky Martin, tentu tak asing lagi bagi penggemar video game sepak bola di Playstation atau PS. Lagu inilah pembuka CD terbaru PS II untuk permainan sepak bola.

Lagu yang bertema semangat sportivitas itu tiap hari terdengar dari sebuah tempat penyewaan PS di kawasan Karet Jakarta Selatan. Pagi, siang, sore, malam, rental ini selalu ramai pengunjung.

Tak ada yang mengira kalau rumah petak seluas 40 meter persegi ini juga sekaligus tempat judi.

Untuk mencari rental PS ini sebenarnya tidak terlalu sulit karena berada di jalan raya kawasan Karet Jakarta Selatan. Atau berjarak 400 meter dari jalan utama Sudirman.

Rental PS

Sepintas masyarakat umum hanya mengetahui rental PS seluas 40 meter itu hanya berfungsi sebagai rental Playstation dan menjual voucher telepon genggam. Dan tidak banyak yang mengetahui bahwa rental PS ini juga bisa berfungsi sebagai tempat perjudian, padahal rental PS ini berada di kawasan padat penduduk.

Tempat penyewaan Playstation ini dikelola Budiarto selama 4 tahun. Di dalamnya bisa menampung 10 sampai 13 orang. Ada 6 pasang TV dan PS yang diperebutkan penggemar permainan sepakbola atau yang ingin berjudi.

Pengunjung dimanja dengan makanan, minuman serta rokok yang dijual di tempat, sehingga banyak yang lupa waktu.

Asap pekat menggantang di langit-langit, kipas angin yang berputar tak sanggup mengusir gumpalan asap rokok di dalam rumah.

Kata Budiarto, pengunjung harus dibuat senyaman mungkin supaya tak lari ke tempat penyewaan PS yang lain. Salah satu pelayanan optimal yang diberikan adalah dengan tidak melarang judi permainan sepakbola di PS.

"Ya supaya jaga customer enak gitu, juga agar yang main PS itu kan enak tempatnya. Sama parkiran deh tuh, karena orang yang datang banyak yang bawa motor kan. Parkiran di sini enak dan lega. Sehari nggak tentu, terkadang untuk satu tv yang datang 6 orang, 4 orang. Buka kita dari jam 10 sampai dengan jam 3 pagi."

Tempat penyewaan PS ini adalah rumah kontrakan, dengan biaya sewa 1 juta rupiah per bulan. Tapi ini tak terasa berat, karena tempat penyewaan PS miliknya ini menangguk untung hingga 200 ribu rupiah per hari.

Ruangan ini terbagi dalam beberapa bilik. Di bilik 6 yang letaknya paling belakang, hampir pasti ada Junaedi dan teman-temannya begitu lepas pukul 7 malam.

Usai kerja, dia dan 4 sampai 6 kawannya rajin bertandang ke sini untuk judi permainan sepakbola di PS. Alasannya, menghilangkan stres. Dari hasil judi ini, ia bahkan bisa membeli motor yang kini dipakainya bekerja.

"Berarti lagi bawa keberuntungan bisa beli motor. Biasa main MKS menang. Taruhan lima ribu-lima ribu hasilnya kayak begini deh. Uangnya nggak ditabungin kalo langsung menang, ya dikasih DP aja. Waktu itu dapat 1,2 juta ya pas bulan puasa. Paling kalau duit simpennya hanya 200-300 ribu doang."

Kecanduan

Bambang, salah satu siswa SMA di Jakarta mengatakan, ia bisa mendapat keuntungan hingga 4 kali modal yang dikeluarkan. Ibarat memakai narkoba, Bambang mengaku kecanduan.

"Bawa duit sih sedang-sedang aja. Paling dikit 50 ribu tapi bisa menang 200 ribu. Pernah dapet segitu juga. Malah bisa lebih, tergantung orangnya banyak, kan main cup. Ya lama-lama kecanduan kayak narkoba, dari duit jajan sekolah."

Judi bola juga telah menjerat Ades yang baru duduk di kelas 3 SMP di kawasan Pasar Minggu Jakarta.

Uang jajan dihemat, lantas dipakai untuk membayar sewa PS sebesar Rp 4 ribu tiap jam. Kalau lagi beruntung, uang menang judi bola itu digunakan untuk mentraktir makan teman-temannya. Atau hanya sekedar menambah uang saku sekolah.

"Komputer sama komputer yang main. Suka taruhan antara 5000-an. Ya duitnya untuk main PS lagi, untuk makan dan beli rokok. Keuntungannya paling 20 ribu sampi 60 ribu. Duitnya ngumpulin dulu, paling tiga hari gitu nungguin dulu."

Pelaku perjudian di tempat penyewaan PS ini tak hanya anak sekolah, tapi juga pegawai kantoran. Tempat penyewaan PS kini jadi rumah yang aman untuk berjudi.

"Saya favorit dengan AC Milan. Biasanya sih menang. Suka dengan AC Milan. Nggak tahu gue kenapa suka dengan AC Milan. Nggak tahu dech. Bawa keberuntungan kali. Menang mulu gue," ujar Bambang.

Sebelum judi dimulai, tiap orang harus memilih tim sepakbola jagoannya masing-masing. "Tim favorit saya cuma Liverpool. Apalagi ada Torres yang nampil dech pokoknya. Abisnya saya bisanya cuma main bola doang," ujar Junaedi.

Ada dua sistem pertandingan yang kerap dipakai untuk berjudi dalam permainan sepakbola di Playstation ini. Yaitu sistem menang-kalah, atau dengan cara membuat sebuah kejuaraan yang diikuti beberapa tim.

Cara kedua ini paling banyak dipakai karena jumlah taruhannya cukup besar, dari Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu per orang. Seperti orang menonton sepak bola, mereka terlihat serius melihat pertandingan yang dimainkan oleh komputer itu.

Kapok

Kejamnya akibat berjudi pernah dirasakan Dani, salah seorang pekerja kantoran di Jakarta. Setengah gajinya dipakai untuk modal judi di rental PS. Saking candunya terhadap judi, Dani pernah menjual telepon genggamnya untuk modal berjudi. Tapi ia tak kapok, karena belum memiliki anak dan isteri.

"Gaji sejuta kurang lebih buat motor, sisanya motor untuk diaduin dah, biasanya bawa 200-300 ribu. Ya terbengkalai juga sih kerjaan. Pernah menggadaikan handphone juga.Ya namanya hobi mau gimana lagi, mau nggak mau waktu itu Hp digadai."

Lain lagi Budi, meski tak punya pekerjaan tetap, tak menghentikannya untuk adu untung di judi bola. Adakalanya ia takut juga, ketahuan polisi, lalu harus mendekam di penjara.

"Ya takutlah bila ketahuan polisi. Tapi kalau nggak gitu, ya nggak ada duit nggak makan. Ya banyaklah macam-macam kayak begitu, nganggur saya. Ya serabutanlah kerjanya, paling disuruh-suruh orang aja. Yang pasti bisa buat jajan, beli pulsa handphone. Rokok, makan," katanya.

Kalau Budi tak punya strategi apa pun untuk menghindar dari endusan polisi, Junaedi lebih cermat. Ia mencegah kemungkinan polisi menaruh curiga kepada dirinya. Kalau dulu setiap hari, kini dalam seminggu cukup 2 sampai 3 kali.

Apalagi kini Junaedi tengah sibuk dengan pekerjaan di kantornya.

"Sekarang lagi stop kayaknya, lagi nggak main lagi. Nggak papa tapi sekarang pekerjaan lagi berat, karena dipegang sendiri. Kan kalau lagi main, bisa sampai malem atau pagi. Sekarang dah kerja, jadi harus ditangani sampai malem sendiri. Jadi istirahat, main, paling sedatangnya dari jam 8 pulang ampe jam 5. Kadang jam 6 pagi baru ke rumah."

Modus baru

Berjudi di tempat penyewaan Playstation adalah modus baru perjudian, setelah polisi sering menggerebek rumah-rumah judi. Juru Bicara Kepolisian Jakarta Chris Nanda, meminta masyarakat aktif melapor jika menemukan tempat PS jadi ajang judi.

"Di dalam masyarakat bentuknya seperti apa, yang penting polisi bisa membatasi ruang gerak atau kesempatan pelaku-pelaku itu. Namun dalam konteks ini mereka secara maksimal berupaya terus, apalagi di zaman modern teknologi, jadi kita mohonkan masyarakat informasinya."

Ini memang pola baru, kata kriminolog Igraq Solihin. Ia mengatakan, penertiban rutin tempat-tempat perjudian oleh polisi perlu dilakukan, ketimbang menangkapi pelaku judi yang jumlahnya sangat besar. Tindakan itu dinilai lebih efektif karena langsung terasa di masyarakat.

Tapi sampai polisi menggerebek tempat penyewaan permainan Playstation, Budi yang tak punya pekerjaan tetap itu akan terus mengadu untung dengan berjudi.

"Ya takutlah bila ketahuan polisi. Tapi kalau nggak gitu ya nggak ada duit, nggak makan."

Sumber : www.hidayatullah.com




No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...