Friday, November 12, 2010

KUMPULAN ARTIKEL PSIKOLOGI

Hal yang menghambat proses kerja
Kalau katakan sebagai sebuah kecerobohan manakala sebuah aktiftas tidak mendapat respon dari bawahan kemungkinan pimpinan terlalu memaksakan diri untuk melaksanakan tanpa memahami keinginan bawahan akan berdampak sekali terhadap tidak maksimalnya sebuah program kerja, karena merasa bawahan tidak pernah terlibat hanya menjadi operator semata sehingga mereka bekerjapun tidak didasari motivasi tapi hanya sekedar kewajiban semata.

Hal lain yang perlu dibenahi terdapat penumpukan wewenang juga berdampak tidak maksimalnya sebuah pekerjaan selain pemposisian yang overlaping bisa menyebabkan biasnya sebuah intruksi kerja dari atasan sehingga bawahan tidak melaksanakan istruksi sesuai dengan prosedur kerja yang diberikan oleh pimpinan.

Koordinasi yang melibatkan bawahan, jelasnya job description dan pemposisian wewenang jelas sangat membantu terhadap motiovasi dan suksesnya sebuah pekerjaan kita, selain hindari penyakit megalomania dimana seorang atasan takut melihat bawahannya jauh lebih cersdas lebih aktif dan memiliki inovasi yang luar biasa, sehingga melahirkan sikap tidak bijak dan menganggapnya sebagai sebuah kewajaran kalau pimpinan menekan dan memberlakukan bawahan kurang baik karena masalah yang tidak perlu ditakutkan.

intinya koordinasi, position, pendelegasian wewenang dan terkahir human relation akan meningkatkan motivasi bawahan sehingga mereka loyal terhadap pimpinan bukan karena takut dan bukan karenba dipaksakan.

Kekuasaan tidak ada yang abadi

Melepas sebuah jabatan bertahun-tahun sangat sulit dan wajar kekuasaan yang berlarut-larut melahirkan raja kecil yang tidak mau turun. Padahal lepas dari suatu posisi kerja jelas suatu hal yang niscaya seperti sama saat kita menghadapi pensiun dan menghadapi kematian jelas kita harus siap. Lepas posisi harus menyiapkan cadangan pekerjaan yang lebih baik atau kegiatan yang lebih bermakna. lepas posisi berarti lepas dari amanah yang jelas harus dipertanggungjawabkan dunia dan akhirat. lepas posisi jelas dapat memetik makna human relation dengan bawahan kita, dimana kalau kita dulu saat memimpin baik jelas tidak masalah lagi saat harus selevel lagi dengan bawahan kita, tapi akan jengah manakala kita harus duduk kembali dan sisa penyakit megalomania masih membelenggu diri kita akan hausnya penghormatan dan kebiasaan kepala menunduk saat ketemu kita jelas sebuah hal yang tidak mungkin terjadi lagi saat kita kembali keasal. Dulu kita lahir telanjang dan kemudian ketika menjemput kematian kitapun telanjang jadi apa yang disombongkan dari sebuah kekuasaan sehebat Firaun-pun tunduk manakala kematian mendekatinya.
Menangani keseimbangan hidup.
Manusia menjalani hidup dengan berbagai kecenderungan dan hasrat. Kduanya merupakan software penting bagi manusia yang telah dianugrahkan oleh Allah SWT sehingga perlu adanya keseimbangan antara berbagai aktifitas.

Manusia mempunyai rencana dan cita-cita. "Cita-cita adalah keinginan yang tidak terbatas", demikian ungkapan Asy-syahid Imam Hasan Al-Bana dan cita-cita tersebut harus direalisasikan secara adil, proporsional dan seimbang. Istilah keseimbangan biasa diartikan dengan istilah "Tawazun" yang berasal dari kata "Al-waznu (=keseimbangan, pelurusan dan kesungguhan) dan istilah "At-tanazu" (=ketertarikan, hasrat, merindukan atau condong pada sesuatu). Jadi tawazun bisa diartikan "memberikan sesuatu haknya tanpa ada penambahan dan pengurangan" (Aqil Musa, 2001:1)

Ibnu Jauzi mengomentarinya :"Betapa sulitnya melanggengkan qiyamulail sambil mewujudkan pola sifat wara dan tetap mengeluti dunia ilmu dengan mengarang, menulis dan berkreasi. Betapa menyesalnya ketika aku tidk mampu menyempatkan dri berkholwat menyendiri bermunajat kepada Allah karena disbukan oleh urusan mengajar dan berbaur dengan sesama manusia. Betapa lemahnya nilai wara ketika bercampur dengan mencari nafkah untuk berkeluarga. padahal aku telah merelakan tersiksa karenanya.."

Seorang Aktifis gimana bisa skala prioritas.
Aktifis sebagai seseorang yang bekerja aktif mendorong pelaksanaan suatu atau berbagai kegiatan dalam organisasinya. mereka selektif dalam memilih organisasi, bukan sekedar mencari kegiatan semata tapi didlaamnya harus ada nilai yang bisa memperkokoh pribadinya. lalu seimbangakan berbagai aktifitas sesuai dengan skala prioritasnya dengan berbagai kecenderungan :
  • Kecenderungan menutut ilmu, seorang aktifis harus menjaga keseimbangan antara semangat menuntut ilmu dengan menyucikan hati. sebab bila tidak seimbang bisa menyebabkan jiwa ekstrim, pemberontak dan terlalu percaya diri sehingga akan melupakan konsep spiritual. Sebaliknya terlalu tekun untuk menghaluskan hati akan mewarisi sifat penakut dan malas bahkan merasa puas dengan apa yang diterimanya.
  • Kecendrungan beribadah dengan aktifitas sehari-hari. sangat riskan aktifis tidak pernah mengkaji ilmu agama dan menyepelekan ibadah sehingga berakibat hatinya hampa.
  • kecenderungan berorganisasi tetapi melupakan hak-hak orang disekeliling kita. keluarga harus dipenuhi haknya untuk mendapat perhatian dan keluarga bisa dijadikan sebagai motivator dan alat kontrol keseimbangan aktifitas kita.
  • kecenderungan akan popularitas dengan keharusan tanpil sebagai pemimpin, hal ini berkaitan dengan nilai keikhlasan dalam berorganisasi.
Beberapa kaidah bagi seorng aktifis :
pertama, persipan pribadi yang jelas visi dan misi dalam berorganisasi dengan modal seperti : proaktif, displin dalam komitmen, selalu menghatur strategi, mau mengoreksi dan dikoreksi, tegas dan banyak aksi, bisa menjadi contoh prilaku, bertanggungjawab dan optimis serta memahami agama dengan baik.
kedua, memahami kemampuan dan keterbatasan sendiri (kemmpuan inteletual dan emosional perlu dibina dengan melakukan sesuatu sesuai dengan batas kemapuan)
ketiga, optimalkan pengunaan waktu dan cita-cita tinggi (permasalahan awal dari ketidakmampuan adlah buruknya manajemen waktu dan rendhnya dorongan berprestasi, rasa puas dan cukup dengan kondisi keimanan dan kualitas diri)
keempat, mengetahui skala prioritas (mengetahui urutan maal dan prioritas serta mengklasifikasikan berbagai masalah sehingga terhindar dari ketidakteraturan kegitan)
kelima, tidak terburu-buru menghadapi sesuatu segera terwujud. (harus dibedakan antara tergesa-gesa dan semangat, militansi dan etos kerja)
keenam, melihat secara utuh persolan( setiap orang menginginkan keseimbangan dalam hidupnya, ia harus menyelmatkan akalnya dari cara pandang sempit sebab akan melemahkan fungsi akal sendiri, mematikan daya kreatifitas manusia, menyeret kejalan latah serta menghalang untuk memperoleh manfaat orang lain)

Seorang aktifis bila digambarkan seekor elang maka kepakan sayapnya adalah cermin kekhusuan, paduan antara keseriusan, kerja keras, kesungguhan dan konsentrasi yang mendlam. Tak ada ruang kosong antara idealisme dan realisme karena ujung tali kedunya telah tersimpul oleh ikatan thumuh. thumuh mereka telah menjelma menjadi padang luas yang kelelahan mengitarinya. "Bila jiwa itu besar, raga akan lelah mengikuti kehndaknya" Ibnu jauzi mengingatkan " sesunguhnya ada sebagin kaum yang tidak rela pad dirinya, kecuali harus mencpai seluruh keutaman, mereka bersungguh-sungguh dalam setiap ilmu, ibadah, sabar dn istiqomah. ketika fisik telah lelah, maka semnaagt yang ad dihati merekalah yang menggnatikanya dan mereka saling berlomba dalam hal itu"
Referensi :
Manajemen tawazun dalam kehidupan muslim, Muhamamad bin Hasan bin aqil Musa, Al-Itishom, Jakarta, 2001.
Fiqih prioritas urustan amal yang terpenting dari yang terpenting, Dr Yusuf Qordhowi, Gema Insani press, jakarta, 2000.
Sabili no 5 th VIII, tanggal 23 agustus 2000
Al-Izzah no 20 th II, agustus 2001
MEMBANGUN KONSEP DIRI POSITIF**
Banyak orang gagal bukan karena tidak punya potensi dan kemampuan, tetapi Kegagalan sering terjadi akibat kesalahan konsep diri. Sadarilah bahwa diri kita unik dan Allah menciptakan manusia berbeda satu sama lainnya dan memiliki keunikan tersendiri. Sehingga be yourself - jadilah diri sendiri, ‘gheano seathon’ – kenalilah diri sendiri dan janganlah meniru orang lain yang penting adalah jujur pada diri sendiri, sadari tujuan, keinginan, kekuatan dan kelemahan diri. Apa yang telah saya lakukan untuk memaksimalkan kemampuan saya ? apa yang telah saya lakukan untuk membantu mengerjakan semua yang saya bisa? Tetapkan standar internal anda dalam rangka menjadi sosok manusia yang dicita-citakan, sosok aktifis yang tangguh, sosok kader Muhammadiyah yang militant dan penuh girah..
PEMAKNAAN ISTILAH KONSEP DIRI DAN KONSEP DIRI SEORANG MUSLIM.
KOnsep diri sering diidentikan dengan istilah penghargaan diri (self esteem) yang sebenarnya sudah ada sejak lahir dengan fitrahnya seperti bayi yang polos dan self esteem kita berkembang seiring berkembangnya interaksi dengan orang lain.
Dale Carnegie (1993:31) mengartikan sebagai “suatu gabungan-suatu montase- dari semua gambaran mental yang anda ambil untuk diri anda - gambaran fikiran tentang bagaimana anda bertingkah laku.”
Definisi self esteem yang diungkapkan seorang psikolog, Dr. Palladino (1994) secara lengkap mendefinisikan sebagai :
  • Kepercayaan terhadap diri sendiri.
  • Kemampuan untuk melihat posisi diri dunia ini secara realistis dan optimis
  • Keyakinan akan kemampuan dalam membuat perubahan dan menghadapi tantangan hidup.
  • Kapasitas untuk memahami kelemahan diri dan berusaha memperbaiki diri
  • Pengetahuan tentang dri sendiri serta penerimaan akan pengetahuan tersebut.
  • Kemampuan untuk mengakui keunikan diri dan berbangga terhadap apa yang membuat diri kita unik
  • Keperacayaan akan nilai diri dan penghargaan akan kemampuan yang dimiliki
  • Kepercayaan tentang apa yang kita dapat lakukan, cara pandang positif dan keyakinan diri untuk melakukan sesuatu yang baru.
  • Kemampuan untuk untuk menggali dan menerapkan keterampilan dalam prilaku positif
  • Pemahaman bahwa kita berharga bagi diri sendiri dan orang lain
  • Mengetahui siapakah saya ?, Apa yang saya dapat lakukan serta bagaimanakah memproyeksikan pengetahuan ini lewat tindakan nyata.
  • Mencintai diri sendiri, bagimanapun juga penampilan diri dimiliki
  • Menyukai diri sendiri, menghargai diri sendiri dan mau mengahadapi resiko dan kegagalan yang mungkin menghadang.
  • Menerima diri saya apa adanya dan memiliki kekuatan untuk mendesain kehidupan yang saya inginkan.
Bagaimana dengan Konsep diri seorang muslim ?
Konsep diri seorang muslim penulis artikan sebagai: “Suatu potensi yang dimiliki manusia sebagai mahluk pribadi dan mahluk social dalam mengkomunikasikan dengan permasalahan hidup melalui pencerahan spiritual, kepribadian dan pengolahan daya fikir sehingga memantapkan pola tindakan secara benar dan bisa mengsinergikan dengan aktifitas sehari-hari secara seimbang antara pekerjaan, organisasi dan pergaulannya dengan manusia lainnya dalam kerangka nilai Islami” Atau bisa juga bisa diartikan sebagai nilai-nilai yang mampu merubah dan memberikan kekuatan pribadi sehingga bisa tetap survival dalam mempertahankan keimanannya dan fiqrahnya dan siap menerima perbedaan dengan fiqrah lainnya tanpa menghujat tapi tidak toleransi dengan penyimpangan dan tidak merasa paling benar tapi bersifat
tegas mempertahankan sesuatu yang prinsifil (qoth’i) dan tetap menjalin ukhuwah walau berbeda prinsip dengan kita.
KONSEP DIRI RENDAH = SELF ESTEEM RENDAH
Seringkali kita memandang diri kita rendah dan tak berguna. Cara pandang negative terhadap diri sendiri dan selalu diiringi persepsi negative terhadap orang lain, adalah cirri rendahnya self esteem alias penghargaan diri.
Bahaya kurangnya self esteem yang rendah akan memicu dua sikap ekstrim yang merugikan.
Pertama, sikap pasif yaitu tidak tegas dalam melakukan berbagai tindakan akibata adanya rasa takut membuat orang lain tersinggung, merasa diperintah atau merasa digurui yang akan membuat mereka membenci dan mengucilkan kita. Padahal ketegasan adalah kunci kedisiplinan yang merupakan modal penting bagi keberhasilan diri dan aktifitas kita.
Kedua sikap agresif, memaksakan gagasan, tidak mau menerima masukan dari orang lain dan cenderung mengundang perdebatan disbanding penyelesaian masalah. Padahal sikap menentang dan mengabaikan ide-iide orang lain berarti menghambatkan tercapainya keputusan yang tepat dan akurat. Juga berarti merugikan dri sendiri, orang lain dan organisasi dimana kita ingin tetap eksis didalanya. Ciri-ciri konsep diri yang rendah
1. Kesalahan persepsi terhadap diri sendiri dibandingkan orang lain : anggapan bahwa orang lain lebih baik penampilannya, lebih cemerlang idenya, lebih diperhatikan banyak orang dan akhirnya kita merasa tertinggal jauh dan untuk merubahnya tidak mampu akhirnya tidak punya keinginan untuk berubah atau menrima tantangan.
2. Koncep diri yang rendah dipengaruhi cara berfikir tentang persepsi orang lain terhadap anda : penuh prasangka dengan apa yang dibicarakan teman tentang diri anda, kritikan dianggap sebagai cemoohan, iri hati dan usaha menjatuhkan diri anda dimuka public, akhirnya tidak pernah mempercayai orang lain, apalagi berintropeksi terhadap apa yang telah dilakukan.
BAGAIMANAKAH MEMBANGUN SELF ESTEEM ?
  • Belajar menyukai diri sendiri.
Menyukai diri sendiri bukan berarti sombong tapi selalu memiliki perasaan positif dan bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Bukan berarti malas melainkan menorong diri kita untuk terus berjuang untuk menjadi pribadi yang sholeh secara emosional maupun secara spiritual.
  • Kembangkan pemikiran positif
  • Cara berfikir kita mengendalikan hidup kita. Bila kita berfikir sesuatu dapat terjadi maka itu akan terjadi karena tindakan kitalah yang membuatnya terjadi. Pemikiran positif inilah mendorong sikap optimis, berjiwa pememang, keberanian mengahdapi tantangan dan resiko.
  • Perbaiki kualitas hubungan interpersonal.
    Disaat kita krisis kepribadian seperti minder, tidak berguna, pesimistis, maka dukungan orang lain sangat dibutuhkan. Bersilaturahmilah, tingkatkan keakraban dengan teman dan saudara kita dan mintalah kritk dan tausiyah akan mendorong kita memahami apa yang harus segera dibenahi. Berorganisasilah, kita adakan dapat wawasan dan menmukan figure positif, kehangatan hubungan sosisal sehingga meningkatkan semangat hidup.
  • Bersikap proaktif.
Proaktif berarti berani mengambil tanggungjawab dan tidak menyalahkan orang lain jika gagal. Kemduaian mau berlatih membuat keputusan efektif dan perencanaan strategis, cepat menangkap peluang, berinisiatif dan tidak menunggu-nunggu orang lain. No lucky for the jobless.
  • keseimbangan hidup
Konsep diri rendah karena kita tidak bisa menyeimbngkan diri dalam mengelola waktu, energi dan emosi kita. Buatlah prioritas antara aktifitas belajar/kuliah/kerja dengan aktifitas dirumah/keluarga; prioritas kehidupan pribadi dan kehidupan social; antara aktifitas fisik dengan aktifitas ruhiyah kita. Buatlah visi, misi dan target hidup anda baik jangka panjang maupun jangka pendek. Buatlah evaluasi (muhasabah) harian atau mingguan secara teratur.
  • Ubah cara berkomunikasi.
Ucapan ibarat pedang yang kalau tidak hati-hati akan menebasnya, sehingga ubahlah cara komunikasi diri (self talk) dengan mengubah ungkapan negative menjadi ungkapan positif :
a) Selalu menggunakan kata ‘saya’ jangan aku atau anda agar tidak terkesan tinggi hati atau menggurui.
b) Gunakan kalimat yang menjelaskan situasi sekarang bukan masa lalu atau angan-angan.
c) Katakan apa yang anda inginkan, bukan apa yang anda tidak inginkan.
d) Hindari perkataan ‘jangan’ atau julukan negative kepada diri sendiri dan orang lain, sebab akan melemahkan semangat dan menjatuhkan citra diri.
e) Simaklah dulu ucapnnya sebelum menyimpulkan atau memvonisnya.
f) Berikan umpan balik positif kepada orang lain dengan menggunakan kata :”saya menghargai, saya memahami, saya percaya anda orang baik, dsb”
g) Biarkan bahasa tubuh anda positif, walau anda sedang sedih, marah dan suntuk. Just keep smiling.
BAGAIMANAKAH MENATA KONSEP DIRI SEORANG MUSLIM ?
A. Penataan spiritual religuitas (salimul aqidah, sahihul ibadah & matinul khuluq).
a) Pemahaman Aplikatif aqidah/ keyakinannya (eksistensi Allah, nilai kebenaran, nilai kritis, nilai kerja, nilai pergaulannya dan nilai hubungan) yang teraplikasi dalam cara ibadah, cara bekerja, cara berorganisasi dan cara berpola fikir yang melahirkan konsistensi (istiqomah).
b) Konsistensi pribadi ini akan melahirkan konsep diri positif, keberanian, rasa percaya diri, ketenangan jiwanya terhadap berbagai permasalahan hidup.
c) Strateginya adalah kenali diri sendiri, kemudian binalah diri (tarbiyah zakiyah) atau menej diri sendiri dengan aktifitas harian kita yang menularkan virus baik bagi teman dan sekitarnya.
B. Penataan kematangan pribadi (mujahidu linnafsi).
Penataan spiritual akan berpengaruh pada tingkat kematangannya sebagai manusia, tapi perlu adanya keuletan manusia untuk melatih dan mengasah, antara lain
a) Penataan kekuatan pola berfikir (mutsaqol fikri)
b) Sinergitas diri, pekerjaan, dakwah, organisasi dan pergaulan (tarbiyatul jakiyun)
C. Konsep diri dengan orang lain
a) Memperbaiki Komunikasi dan relationshif
b) Membangun hubungan Keluarga
c) Membangun komitmen dengan tim.
d) Regenerasi
e) Sinergitas
Demikianlah membangun konsep diri bukanlah hal yang mudah membutuhkan adanya proses konsisten dalam berbagai hal yaitu adanya Pembina, pembinaan rutin dan adanya control dan adanya mediator pembinaan. Tapi ada yang lebih praktis kosnep diri bisa dibentuk sendiri melalau pembinaan dan memenej diri sendiri dengan teratur.
MAROZI :
MEDIATOR PEMBINA :
a) ILNA LEARNING lembaga pembinaan pribadi remaja yang berpusat di Bogor.
b) Lembaga Manajemen Terapan TRUSTCO, dibawah pimpinan Bambang Sutrisno Wibowo, seorang pakar kesehatan masyarakat yang terkenal dengan sharpening our concept tools (SHOOT).
c) ESQ LEARNING, lembaga manajemen model ESQ dibawah seorang praktisi Ari Ginanjar Agustian yangterpokus pada pembinaan emosional spiritual berdasarkan konsep rukun iman dan rukun islam
d) Managemen qolbu, dibawah bimbingan KH Abdullah Gymnastiar, dll.
SUMBER :
a) BS Wibowo, SHOOT, TRUSTCO, PT syamil cipta media, Bandung, 2002.
b) Dale Carnegie, bagaimana mencari kawan dan mempengaruhi orang lain, Jakarta, 1993.
c) Dvid J swartz, berfikir dan berjiwa besar, Jakarta, 1999.
 
SENI MENDENGAR
Dalam sebuah pelatihan diungkapkan :
“… Begitu anda menonton film nanti, perhatikan cara para bintang film berbicara kepada actor lainnya. Untuk menjadi seorang actor yang besar. Seorang harus mampu, baik menjadi seorang pendengar yang ulung maupun pembicara yang efektif. Kata-kata pembicara tercermin dalam wajah pendengarnya bahaikan suatu cermin. Ia dapat mengambil suatu adegan dari pembicara kepasihannya dalam mendengarkan. Seorang sutradara film terkenal pernah mengatakan bahwa banyak actor gagal menjadi bintang film karena mereka tidak pernah mempelajari seni mendengarkan \secara kreatif”.
(Betgerr, 1995:88).
Sedikit bicara banyak mendengar
Berbicara sebagai keterampilan dasar manusia dalam berkomunikasi sering kita bahas, namun sangat sedikit yang mengulas bagaimana cara mendengar yang baik. Rosulullah-pun mengingatkan, barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka ucapkanlah dengan kata-kata yang baik ataupun lebih baik diam. Alasannya masuk akal, sebab kata-kata kita kelak akan dipertanggungjawabkan (QS. 50:18), sehingga kita senantiasa dituntut untuk berhati-hati dalam berbicara dan bahkan nabi Musa AS ketika berhadapan dengan Firaun mengungkapkan doa : “…dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya mereka mengerti perkataanku (QS. 20 : 27-28).
Sedangkan mendengar hampir sulit bisa dilakukan oleh kebanyakan orang, padahal dengan mendengarlah ilmu bisa diserap, sebuah masalah bisa dipecahkan dan sebuah gagasan bisa diwujudkan. Oleh karena manusia diciptakan Allah dengan satu mulut dan dua pendengaran yang seharusnya proporsi mendengar harus lebih banyak daripada berbicara. Rata-rata para pemimpin dunia memiliki kemampuan mendengar yang baik, selain kemampuan berbicara.
Sebagaimana diungkapkan oleh Benjamin Franklin mengungkapkan :
Mengingat bahwa dalam pembicaraan pengetahuan lebih banyak diperileh melalui telinga daripada melalui mulut. Saya memberikan tempat kedua kepada sikap diamdiantara keutamaan yang hendak saya kembangkan”.(Betgerr, 1995:92)
Sedangkan Frank Betgerr (1996) mengungkapkan bahwa :
dalam pembicaraan, pengetahuan lebih banyak diperoleh melalui telinga daripada melalui mulut, saya memberikan tempat kedua kepada sikap diam diatara keutamaan yang hendak saya kembangkan”.
Hasil penelitian Rankin (1929) dan Bierker (1980) menunjukan bahwa mendengar merupakan sarana komunikasi yang paling banyak digunakan, dapat lihat table dibawah ini :
Perbandingan skill communication :
No
Skill comunication
1929
1980
1.
Mendengar
45%
53%
2.
Berbicara
30%
16%
3.
Membaca
16%
17%
4.
Menulis
9%
14%
Sumber : B.S.Wibowo,etal, TRUSTCO, 2002 :191.
SENI MENDENGARKAN.
Ketika berbicara, biasanya kita mendengarkan dalam salah satu dari lima tingkat :
1.
Kita mungkin mengabaikan orang itu dan benar-benar tidak mendengarkannya.
2.
mungkin berpura-pura tidak mendengarkannya
3.
Mendengarkan tapi lebih selektif pada bagian-bagian tertentu dari pembicaraan.
4.
Mendengarkan secara atentif dan menaruh perhatian dan memfokuskan enegi pada kata-kata yang diucapkannya.
5.
Mendengarkan secara empatik, mendengarkan untuk mengerti tapi untuk menjawab persoalan yang ada. Dalam arti mendengar bukan hanya dengan telinga saja tetapi dengan mata dan hati.

Dengan melihat tingkatan mendengar diatas maka mendengarkan membutuhkan keterampilan khusus, sebagaimana berbicara.
Karena mendengarkan adalah cerminan pribadi seseorang, sebagaimana diungkapkan oleh David J. Schwartz (1996:154) mengungkapkan bahwa : “… Semakin besar orang yang bersangkutan, semakin cenderung ia mendorong anda untuk berbicara, semakin kecil orang yang bersangkutan semakin cenderung ia mengkhotbahi anda”.
Kebanyakan pemimpin yang baik didalam semua bidang kehidupan menghabiskan jauh lebih banyak waktu meminta nasehat dan meminta pendapat bawahannya daripada banyak berbicara.
Diantara keterampilan mendengar diungkapkan BS.Wibowo,dkk (2002:92) dari kupasan Geoff Nightingale dalam Synergenic antara lain :
  • Dengarkan gagasannya bukan fakta dan tanyalah diri sendiri apa yang pembicara maksudkan.
  • Nilailah isinya, bukan cara penyampaiannya.
  • Dengarkan dengan penuh harapam, jangan langsung kehilangan minat
  • Jangan cepat menarik kesimpulan
  • Sesuaikan pencatatan anda dengan pembicaraan
  • Pusatkan perhatian, jangan mulai bermimpi dan jagalah mata anda agar tetap tertuju pada pembicaraan.
  • Jangan mendahului pikiran pembicara, anda akan kehilangan jejak.
  • Dengarlah dengan sungguh-sungguh waspada dan bergairah.
  • Kendalikan emosi waktu mendengar
  • Bacalah fikiran anda, berlatihlah untuk menerima informasi baru.
  • Bernafaslah perlahan dan dalam-dalam
  • Jangan tegang santai sajalah.
Sedangkan menurut James K. Van Fleet (1996:179) dalam bukunya : “Key to Success with people” mengungkapkan seni mendengar yang efektif sebagai berikut :
  • Berikan sepenuh hati pada orang lain
  • Mendengarkan dengan serius
  • Tunjukan minat pada perkataan orang
  • Usahakan bebas gangguan
  • Tunjukan kesabaran
  • Bukalah pikiran anda
  • Dengarkan setiap gagasan
  • Hargai isinya, bukan cara penyampaiannya.
  • Turunkan senapan anda
  • Belajarlah mendengarkan apa yang tersirat.
Sedangkan David J Swartz dalam bukunya “The Magic of Thinking Big” (1996: 154) mengungkapkan seni mendengar kedalam tiga tahapan dan untuk menguatkannya dengan cara bertanya dan mendengarkan :
  • Dorong orang lain berbicara
  • Uji pandangan anda dalam bentuk pertanyaan
  • Berkonsentrasilah pada apa yang dikatakan orang lain.
Demikianlah beberapa teknik dalam mendengar yang dalam praktiknya membutuhkan adanya jiwa besar. Mendengar dan bertanya bukan menunjukan kebodohan seseorang tetapi menunjukan kualitas hidupnya, apalagi bagi seorang pemimpin.
Referensi:
B.S. Wibowo, etal, SHOOT, TRUSTCO, Syamil, Bandung, 2002.
James K. Van Kleet. Rahasia kekuatan percakapan, Intimedia, Jakarta, 1984.
David J Swarz, Berfikir dan berjiwa besar, Binarupa Aksara, Jakarta, 1996.

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...