Friday, February 8, 2008

Sketsa Hidup

Potret dedikasi pak Putu di tol Cibitung

Apabila melewati arteri tol Cibitung arah ke Kawasan Industri MM 2100, Cikarang Bekasi, hampir dipastikan akan menemukan kemacetan yang luar biasa pada jam masuk kerja dan saat bubaran karyawan yang diperpadat dengan keluarnya kendaraan jemputan dan truk tronton besar. Keluar masuk membawa muatan dari pabrik. Namun petang itu tidak seperti biasanya, kemacetan bisa dikendalikan oleh seorang yang sering diteriaki para karyawan yang mengaguminya dan salah satu fans berat pak Putu itu, Upi *, anak kesayangan ibu mertua yang kebetulan bekerja kawasan industri Cibitung.

Dia bercerita ketika keluar bubaran pabrik lalu berpapasan dengan pak polisi yang namanya Putu.. Terdengar teriakan histeris disertai lambaian para karyawan memanggilnya, “Pak Putu...pak Putu”. Pak polisi membalas dengan senyum yang khas tidak memperlihatkan kelelahan menghadapi lalu lalangnya kendaraan.dibalas dengan lambaian simpatik pak polisi itu. Terkadang disaat lenggang, kata si Upi, tiba-tiba ada masyarakat yang menghentikan sepeda motornya atau mobilnya lalu mendekatinya sambil memberikan sesuatu sebagai wujud simpatik pada pak Putu, tetapi pak polisi selalu menampik dengan halus. Padahal ironinya kebiasaan oknum pak polisi malah menilang disaat perjalanan macet, bahkan bertambah macet. Yang kena tilang terpaksa harus memilih damai daripada harus sidang dulu. “Ribet pisan kalau ditilang, mendingan damai”, bisik teman sambil mendelik melihat pak polisi. Kata si Aa menimpali, ”Bukankah damai itu indah

Si Aa Jadi ingat cerita teman, setiap kena tilang ada dua pilihan: ”Sidang atau pemberian uang damai”. Hal yang sama untuk membuat SIM, daripada ke SAMSAT mendingan ke biro jasa, da sarua biayanya atau laporan pengaduan yang berbuntut panjang bisa-bisa malah jadi terdakwa sehingga wajar kalau ada kejadian kriminal masyarakat malah malas untuk melaporkan ke kepolisian. Entah kebetulan kebiasaan pungli ini ternyata terus saat pak oknum polisi jadi birokrat, kata televisi mah ”malah malakin para TKW di Arab segala” dan biasanya dinegara kita mah bisa diusut kalau para pejabat sudah pensiun atau tidak bisa diusut dengan cara sakit.

Bahkan masyarakat merasa takut bukan segan lagi pada polisi, tapi pak Putu ini seorang polisi yang tegas menghukum para pelanggarnya sampai kapok. Kata para sopir, biasanya kalau diketahui melanggar, pak Putu hanya disuruh push-up diatas atap bis atau disuruh menggendong bergantian antara sopir dan kernetnya. Namun jangan coba-coba mau menyogoknya sangat sulit dan sangat wajar kalau pak Putu disegani sopir-sopir serta diidolain oleh para penumpang layaknya seorang celebrity yang merasakan manfaat seorang Putu dibandingkan dijaga oleh empat orang polisi tapi kemacetan luar biasa di tol menjelang senja.

Perlu dipahami tidak sepenuhnya salah pak polisi dong dan si Aa mah berempati sekali, Nasib pak polisi memang sama dengan nasib si Aa yang guru honorer dan sudah lewat usia untuk jadi PNS akhirnya malah jadi capetang mapatahan endog ka meuri. Punteun pak POLRI** Sekali lagi harus dipikirkan pemerintah karena memang gajih polisi kita ini terendah didunia. Coba kita bandingkan lebih gedean gaji yang kerja di PT dengan standar UMK plus uang lembur apalagi kerja longshift. kecuali tidak tahu kalau pak polisi ada uang lemburan atau hanya gajih toh. Begitu juga jumlah peralatan operasionalpun tidak secanggih dinas rahasia dan polisi di dunia lain seperti cerita dalam film-film barat, bahkan kuantitas personilnyapun belum sesuai dengan ratio jumlah penduduk Indonesia. Usulan mah naikan Anggaran kepolisian sehingga gajihnya bisa layak daripada uang negara dipakai untuk ngempani kebutuhan anggota dewan yang nyolok mata buncelik ka rakyat*** disaat harga sembako dan BBM naik, eh malah, marudul loba pamenta. Lebih baik dialokasikan untuk meningkatkan kesejahteraan polisi, piraku we, lamun sejahtera mah yakin akan lahir pak Putu yang penuh dedikasi dan tidak mudah disogok bahkan pasti tidak mau jadi becking-becking-an sagala. Kemudian permudah kalau orang ingin jadi polisi tapi benar-benar diseleksi ulah main sogok sagala, biar terlihat bibitnya baik, mental dan akhlaknya baik dan terpilih paling unggul. Jangan sampai kayak seleksi PNS untuk guru malah sembilan kali tes tidak masuk-masuk, meureun kayaknya si Aa mah rada telmi alias telat mikir plus anti sogok menyogok.

Potret pak polisi idola si Upi diatas, sebenarnya si Aa masih penasaran sekali untuk melihat langsung profilenya. Namun menurut si Upi itu juga kalau kebetulan tol Cibitung dijaga oleh Pak Putu. Namun sampai sekarang pak Putu sudah jarang lagi jaga di tol Cibitung. ”orang baik sangat dibutuhkan dimana-mana, tapi sayangnya Cuma satu polisi”, kata si Upi ngaheulas. Iya memang begitu, masyarakat kita masih memimpikan para polisi yang idealis, penuh dedikasi kaya pak Putu dan jangan sampai masyarakat hanya membandingkan para polisi kita dengan kisah polisi di film Bolywood. Sanes kitu, Kang?
_____________________________

*Sebutan khas wanita muda Minang
** Sok tahu mengajari orang pintar
*** Istilah peribahasa sunda tidak memiliki rasa empati disaat orang lain menderita.

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...